Para pengkritiknya khawatir Trump akan mengubah Departemen Kehakiman dan badan penegak hukum federal lainnya menjadi alat politik untuk menyerang lawan-lawan politiknya.
Kekalahan Kamala Harris dan Strategi Kampanyenya
Harris yang maju sebagai kandidat utama Demokrat dalam waktu singkat gagal menarik dukungan yang cukup untuk menandingi Trump.
Dalam kampanyenya, Harris memperingatkan bahwa Trump menginginkan kekuasaan presiden tanpa batas dan menilai bahwa ia merupakan ancaman bagi demokrasi Amerika.
Sebagian besar pemilih bahkan menyatakan bahwa demokrasi Amerika sedang terancam, menurut exit poll Edison Research. Hal ini mempertegas polarisasi yang semakin tajam di negara tersebut.
Harris, dalam kampanyenya, fokus memperingatkan bahaya dari terpilihnya kembali Trump dan mengajak para pendukung Republik yang kecewa untuk bergabung.
Namun, Trump terus menerus menyerang Harris, menyebutnya sebagai sosok yang tidak kompeten, dan menggunakan retorika yang menimbulkan ketegangan.
Periode Kedua Trump dan Potensi Dampaknya
Trump berjanji untuk merombak lembaga eksekutif dengan memecat pegawai yang ia anggap tidak setia dan menggunakan badan penegak hukum untuk menyelidiki musuh-musuh politiknya, langkah yang dinilai banyak pihak akan menghapus independensi lembaga-lembaga tersebut.
Pada masa kampanyenya, Trump sudah mengindikasikan bahwa ia akan memprioritaskan loyalitas pribadi dalam penunjukan anggota kabinetnya.
Setelah pemungutan suara 2024 disahkan oleh Kongres pada 6 Januari 2025, Trump dan wakil presiden terpilihnya, Senator JD Vance, dijadwalkan untuk dilantik pada Hari Inaugurasi, 20 Januari 2025.
Discussion about this post