Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya.
“Hajar dia! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali,” perintah Baginda Raja.
Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar. Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.
Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Beginilah ceritanya:
Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas.
“Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku,” pinta bapaknya.
Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. Ia cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi, yang sebelah kiri baunya amat busuk,” jelas Abu Nawas.
“Wahai anakku Abu Nawas. Tahukah apa sebabnya hal bisa bisa terjadi?” kata bapaknya mulai menjelaskan.
“Syeikh Maulana Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi, karena aku tak suka, maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Raja Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Baginda Raja pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi,” kata bapaknya.
Discussion about this post