“Jadi kami menganggap Eropa masih merupakan faktor yang sangat penting. Dan kami ingin melihat Eropa yang sangat kuat. Ini adalah bagian dari arsitektur dunia multipolar, kekuatan-kekuatan yang berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas,” ungkap Presiden Prabowo.
Dalam sesi tanya jawab bersama awak media internasional, Prabowo menegaskan bahwa tantangan seperti krisis iklim, polusi, dan tekanan lingkungan dari industrialisasi menuntut kolaborasi nyata antar negara-negara besar dunia.
“Karena dunia, planet ini, semakin kecil. Segala sesuatu kini saling terhubung. Perubahan iklim adalah kenyataan hidup. Dampak lingkungan dari industrialisasi juga merupakan kenyataan. Maka dari itu, ketika planet ini semakin mengecil, kita membutuhkan kekuatan besar yang berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas. Dan kami menganggap Eropa sangat penting dalam hal ini,” tegas Presiden Prabowo.
Pernyataan kedua pemimpin ini mengukuhkan posisi Indonesia dan Uni Eropa sebagai mitra strategis yang bukan hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi, tetapi juga memikul tanggung jawab moral bersama untuk menciptakan dunia yang damai, inklusif, dan berkelanjutan.
Dengan kesepakatan ini, hubungan Jakarta–Brussel tidak lagi sekadar kerja sama bilateral, melainkan bagian dari upaya bersama membentuk tata dunia baru yang menjunjung kolaborasi, stabilitas, dan nilai-nilai universal.(*)
Discussion about this post