Kementerian Pertanian mencatat bahwa luas tanam pada April 2025 telah mencapai 1,3 juta hektare dengan target produksi 7,5 juta ton gabah.
Jika dikonversi, produksi ini menghasilkan sekitar 3,5 hingga 4 juta ton beras.
Jumlah itu jauh di atas kebutuhan konsumsi bulanan nasional yang hanya 2,5 juta ton.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan bahwa saat ini stok beras nasional telah menyentuh angka 3 juta ton—rekor tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin siap memenuhi kebutuhan pangan sendiri tanpa harus mengandalkan pasokan luar negeri.
Laporan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) turut mendukung tren positif ini dengan mencatat kenaikan produksi beras Indonesia lebih dari 10 persen dibandingkan tahun lalu.
Karena itu, pemerintah mulai mengurangi kuota impor dari negara lain seperti Vietnam dan Thailand.
Teknologi drone juga diterapkan di daerah lain seperti Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sebagai bagian dari uji coba pertanian organik.
Dinas Pertanian bekerja sama dengan PT Petrokimia Gresik mengenalkan penggunaan pupuk organik bersertifikasi, Phonska Alam.
Selain pupuk organik, drone pertanian dimanfaatkan untuk menyemprotkan pupuk cair di lahan percontohan seperti Ciparay.
Drone yang digunakan dapat membawa 10-15 liter pupuk cair dan mengatur penyebarannya secara otomatis.
Hal ini tidak hanya mempercepat proses kerja, tapi juga membuat pertanian menjadi sektor yang lebih menarik bagi generasi muda.
“Drone ini nantinya akan diperluas ke tingkat nasional. Saat ini baru tahap uji coba di Jawa Barat, setelah sebelumnya berjalan di Jawa Timur,” ujar Eko Suroso, Senior Vice President PT Petrokimia Gresik.
Discussion about this post